ANALGETIK
Analgesik,
baik nonnarkotik maupun narkotik, diresepkan untuk meredakan nyeri; pilihan
obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang ringan sampai sedang dari otot
rangka dan sendi seringkali diredakan dengan memakai analgetik nonnarkotik. Nyeri
yang sedang sampai berat pada otot polos, organ, dan tulang biasanya
membutuhkan analgesic narkotik.
Ada
lima klasifikasi dan jenis nyeri :
1. Nyeri
akut, yang dapat ringan, sedang, atau berat
Pengobatan nyeri ringan
: nonnarkotik (asetaminofen, NSAID [aspirin, Motrin, Advil]).
Pengobatan nyeri sedang
: kombinasi nonnarkotik dan narkotik (kodein dan asetaminofen)
Pengobatan nyeri berat
: narkotik
2. Nyeri
kronik, nyeri menetap selama lebih dari 6 bulan dan sulit untuk diobati atau
dikendalikan
Pengobatan : obat-obat
nonnarkotik disarankan. Narkotik harus :
a. Diberikan
peroral
b. Mempunyai
waktu paruh yang panjang
c. Menyertakan
terapi tambahan
d. Tidak
menimbulkan depresi pernapasan
3. Nyeri
superficial, nyeri dari daerah permukaan seperti kulit dan selaput mukosa
Pengobatan nyeri ringan
: nonnarkotik
Pengobatan nyeri
sedeang : kombinasi obat analgesik narkotik dan nonnarkotik
4. Nyeri
visceral (nyeri dalam), nyeri dari otot polos dan organ
Pengobatan : obat-obat
narkotik
5. Nyeri
somatic, nyeri dari otot rangka, ligament, dan sendi
Pengobatan : nonnarkotik NSAID
(aspirin, Motrin, Advil). Juga bekerja sebagai obat antiinflamasi.
A.
Analgesik Nonnarkotik
Tidak bersifat adiktif dan kurang kuat
dibandingkan analgesic narkotik. Obat-obat ini dipakai untuk mengobati nyeri
yang ringan sampai sedang dan dapat dibeli bebas. Kebanyakan dari analgesik
menurunkan suhu tubuh yang meningkat, sehingga mempunyai efek antipiretik. Beberapa
analgesic mempunyai efek antiinflamasi dan juga efek antikoagulan.
Mekanisme
kerja
Obat-obatan
dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase
(COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri.
Efek
samping
Efek
samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek
samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.
Penggolongan
obat analgetika non narkotika
Secara
kimiawi, analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
·
Derivat paraaminofenol : Parasetamol
·
Derivat asam salisilat : asetosal,
salisilamid dan benorilat
·
Derivat asam propionate : ibuprofen, ketoprofen
·
Derivat asam fenamat : asam mefenamat
·
Derivat asam fenilasetat : diklofenak
·
Derivate asam asetat indol : indometasin
·
Derivate pirazolon : fenilbutazon,
aminofenazon, isopropilfenazon
·
Derivate oksikam : piroksikam
Obat-obat
ini bekerja melalui 2 cara, yaitu :
1. Mempengaruhi
system prostaglandin, yaitu suatu sistem yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya rasa nyeri.
2. Mengurangi
peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkali terjadi di sekitar luka
dan memperburuk rasa nyeri.
Obat
ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) atau menurunkan kesadaran,
juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
dan atau antiradang. Oleh karena itu obat ini tidak hanya digunakan untuk obat
nyeri melainkan pula pada gangguan demam (infeksi virus/kuman, salesma, pilek)
dan peradangan seperti edema.
B.
Analgetik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga agonis
narkotik, diresepkan untuk mengatasi nyeri yang sedang sampai berat. Analgesik
narkotik bekerja terutama pada system saraf pusat, sedangkan analgesic nonnarkotik
bekerja pada system saraf tepi pada tempat reseptor nyeri. Narkotik tidak hanya
menekan rangsang nyeri tetapi juga menekan pernapasan dan batuk dengan bekerja
pada pusat pernapasan dan batuk pada medulla di batang otak. Salah satu contoh
dari narkotik adalah morfin yang merupakan analgesic kuat yang dapat dengan
cepat menekan pernapasan. Kodein tidak sekuat morfin, tetapi dapat meredakan
nyeri yang ringan sampai sedang dan menekan batuk. Kodein juga dapat
diklasifikasikan sebagai penekan batuk (antitusif). Banyak narkotik mempunyai
efek antitusif dan antidiare, selain dari kemampuannya meredakan nyeri.
Mekanisme kerja
Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan
masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi
dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar
ion kalsium dalam sel adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin,
serotonin, dan peptida penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan
mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat.
Efek
samping
·
Pada dosis biasa : gangguan lambung usus
( mual, muntah, obstipasi), efek saraf pusat (kegelisahan, rasa kantuk,
euphoria)
·
Pada dosis tinggi : efek yang lebih berbahaya
seperti sulit bernafas, tekanan darah turun, sirkulasi darah terganggu, koma,
dan sampai pernapasan terhenti.
·
Suspense sususan saraf pusat, misalnya
sedasi, menekan pernapasan dan batuk, myosis, hypothermia, dan perubahan
suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone)
timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas
mental dan motoris.
·
Saluran cerna : motilitas berkurang
(obstipasi), kontraksi sfingter kandung empedu (kolik batu empedu).
·
Saluran urogenital : retensi urin,
motilitas uterus berkurang.
·
System sirkulasi : vasodilatori,
hypertensi dan bradycardia.
·
Histamine-liberator : urticaria dan
gatal-gatal, karena menstimulasi pelepasan histamine.
Penggolongan
Analgesik Narkotik
Atas
dasar cara kerjanya, obat ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Agonis
opiate
Contoh : morfin, fentanil.
Meperidin adalah salah satu dari narkotik sintetis. Meperidin
memiliki masa kerja yang lebih singkat daripada morfin, dan kekuatannya berbeda
tergantung dosisnya. Meperidin paling banyak dipakai untuk meredakan nyeri
pascapembedahan. Meperidin tidak boleh dipakai bersama-sama alcohol atau
hipnotik-sedatif karena dpat menyebabkan depresi SSP aditif. Efek samping utama
dari meperidin adalah menurunnya tekanan darah.
2. Antagonis
opiate
Contoh : nalokson
Antagonis narkotik adalah antifotum untuk takar
lajak analgesik narkotik. Antagonis narkotik mempunyai daya ikat yang lebih
kuat pada tempat reseptor opiat daripada narkotik yang dipakai. Antagonis narkotik
menghambat reseptor dan mengambil alih setiap narkotik yang berada pada
reseptor itu, sehingga menghambat kerja narkotik.
3. Agonis-antagonis
opiat ( Kombinasi)
Contoh : pentazosin
Narkotik campuran yaitu suatu pengobatan dimana
narkotik antagonis, seperti Nalokson ditambahkan pada narkotik agonis,
dikembangkan dengan harapan dpat mengurangi penyalahgunaan narkotik.
Pentazosin efektif dalam meredakan nyeri yang
sedang. Mulai kerjanya cepat, dan kadar puncaknya dicapai dalam 15 menit untuk
pemberian intravena dan 1-2 jam untuk pemberian oral dan intramuscular.
Sumber
:
Kee,
J.L dan Evelyn, R.H. 1996. Farmakologi :
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.
Pertanyaan
:
1. Apa
kriteria penyakit atau gejala untuk penggunaan analgetik narkotik?
2. Apakah
boleh dikombinasikan antara analgesik narkotik dan nonnarkotik?
3. Bagaimana
mekanisme terjadinya efek samping analgesi narkotik pada saluran cerna dan
saluran urogenital?
4. Apakah analgetik narkotik dapat dikonsumsi pasien skizofrenia?
5. Apakah analgetik narkotik dan non narkotik memiliki waktu paruh yang sama?
saya ingin menanggapi pertanyaan nmr 2
BalasHapusuntuk kombinasi sebaiknya diskusikan terlebih dahulu oleh dokter
mnrt saya jika sudah di gunakan yang narkotika sudah sangat ampuh knp hrs di kombinasi dgn non narkotika
saya akan mencoba. menjawab no 5
BalasHapustentu setiap obat baik yang termasuk analgetik narkotik maupun nonnarkotik akan memiliki waktu paruh yang berbeda-beda. Contohnya morfin memiliki waktu paruh 2-4 jam sedangkan asetosal memiliki waktu paruh 15 menit.
1. analgetik narkotik digunakan untuk nyeri sedag hingg berat, misalnya nyeri pasca operasi, nyeri akibat kanker, dan penyakit2 kronis lainnya
BalasHapus5. Waktu paruh obat analgetik narkotika dan non narkotika berbeda. Misalnya, asam mefenamat (analgetik non narkotika) memiliki waktu paruh 2-4 jam. Sedangkan tramadol (analgetik narkotika) memiliki waktu paruh 6 jam.
BalasHapusuntuk jawaban nomor 2 saya setuju dengan kak ana, alangkah lebih baiknya didiskusikan dulu dengan dokter, mengingat efek analgetik yang berkerja pada sistem saraf pusat saja sudah menimbulkan efek analgetik yang kuat, terlebih dengan penambahan analgetik non narkotik? terkecuali bila kombinasi dosis ganda disesuaikan dan memang harus benar-benar mengkombinasikannya..
BalasHapus