Kamis, 19 Oktober 2017

ANTIHISTAMIN



ANTIHISTAMIN

Tubuh memiliki zat kimia bernama histamin. Ketika ada zat-zat berbahaya seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, histamin akan muncul dan bereaksi melawan zat tersebut. Perlawanan histamin melawan zat berbahaya ini bisa membuat tubuh mengalami peradangan atau inflamasi.
Namun, jika memiliki alergi, histamin tidak bisa membedakan mana zat berbahaya dan tidak. Hasilnya, ketika ada zat tidak berbahaya seperti makanan, debu, atau serbuk sari, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi. Beberapa contoh reaksi alergi yang terjadi seperti kulit gatal, memerah dan membengkak, pilek, bersin-bersin, mata bengkak dan lainnya.Obat antihistamin bisa menghentikan histamin dalam memengaruhi sel tubuh untuk mengeluarkan reaksi alergi tersebut. Biasanya, antihistamin jenis tablet dapat mulai bekerja dalam waktu setengah jam setelah diminum. Anda bisa merasakan efeknya secara maksimal setelah 1 – 2 jam dari waktu pengonsumsian.
Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Antihistamin terutama dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin berlebih. Semua antihistamin bermanfaat besar pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor. Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin tetapi kurang efektif untuk kongesti hidung. Antihistamin topikal digunakan pada mata, hidung dan kulit.
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (sH1-blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam).
Pada garis besarnya antihistamin dibagi dalam 2 golongan besar
  1. Menghambat reseptor H1 H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi Dahulu antihistamin dibagi secara kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat generasi ke-1 dan ke-2.
  2. Menghambat reseptor H2. H2-blockers (Penghambat asma) obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux. Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari histamin.
Mekanisme kerja histamine
      Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3
      Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatis, dan urtikaria.
      Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan tukak lambung
      Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi, dan perdangan.

Turunan etilendiamin (X= N)
      Obat golongan ini umumnya memiliki daya sedativ lemah. Antihistamin golongan ini antara lain antazolin, tripenelamin, klemizol , dan mepirin.
      Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
      Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
      Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
      Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
      Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik. 




Turunan propilamin (X = C)
·         Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan tripolidin.
  • Anggota kelompok yang jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral.
  • Turunan tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang dibentuk dengan d-asam tartrat.
  • Antihistamin golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif.
  • Mereka tidak cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini.
  • Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N  faktor penting untuk aktivitas antihistamin.
  • Gugus pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif.
 


Turunan fenotiazin
·         Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk.
·         Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.

·

Turunan Kolamin (Eter Aminoalkil)

·         Senyawa-senyawa yang paling aktif mempunyai panjang rantai dua atom C. Kuarterinisasi nitrogen rantai  samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang aktif. 

·         Golongan ini mempunyai aktivitas antikolinergik nyata, yang mempertinggi aksi pengeblokan reseptor H1  pada sekresi eksokrin.

·         Efek samping pemakaian eter amino alkil tersier adalah mengantuk, sehingga dipergunakan sebagai pem-bantu tidur pada obat tanpa resep.

·         Golongan ini dapat mengganggu penampilan tugas pasien yang memerlukan ketahanan mental

 

Sumber :

http://www.alodokter.com/antihistamin-obat-pereda-reaksi-alergi
https://beritasepuluh.com/2013/11/10/obat-alergi-antihistamin-jenis-dan-efek-sampingnya/
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/34-antihistamin-hiposensitisasi-dan-kedaruratan-alergi/341
http://studifarmasi.blogspot.co.id/2011/08/penggolongan-antihistamin.html
Wolff, M. E., 1995, Burger’s Medicinal Chemistry, Ed. III., John Wiley & Sons, California.
Block J.H. and Beale J.M.,  2008 , Wilson and  Gisvolds Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical  Chemistry,  Ed. 11th, Lippincott  Willians &Wilkins, Toronto
Foye W.O., Lemke, T.L., Williams D.A., 2004,  Principles of  Medicinal Chemistry, 5th., Lea & Febiger, Boston
Siswandono & Bambang Sukardjo (ed), 2000, Kimia Medisinal,ed. 2, Airlangga University Press, Surabaya.


Pertanyaan :
1.      Apa saja turunan dari antihistamin?
2.      Obat antihistamin apa yang paling sering digunakan dan indikasinya?
3.      Apakah boleh menkonsumsi antihistamin tanpa resep dokter?
4.      Adakah kontraindikasi untuk obat antihistamin?
5.      Apakah obat antihistamin menyebabkan ketergantungan?
  1. Apakah perbedaan reseptor H1, H2, dan H3 ?
7.      Apakah turunan etilendiamin, kolamin, propilamin, dan fenotiazin memiliki mekanisme kerja yang sama?
8.      Dapatkah obat antihistamin dikombinasikan dengan obat lainnya?

40 komentar:

  1. assalamualaikum wr wb
    saya akan mencoba mnjawab pertanyaan no 1
    adapun turunan antihistamin yang sudah anda jelas kan diatas adlah sbb
    Turunan propilamin (X = C)
    Turunan Kolamin (Eter Aminoalkil)
    turunan fenotiazin
    Turunan etilendiamin (X= N)

    BalasHapus
  2. saya akan menjawab pertanyaan no 1
    Menurut struktur kimianya , antihistamin dibagi dalam beberapa kelompok , antara lain :


    1.Turunan etanolamin ( X= O)
    Obat golongan ini memiliki daya kerja seperti atropin (antikolinergik) dan bekerja serhadap SSP (sedative). Antihistamin golongan ini antara lain difenhidramin, dimenhidrinat, klorfenoksamin, karbinoksamin, dan feniltoloksamin.

    2.Turunan etilendiamin (X= N)
    Obat golongan ini umumnya memiliki daya sedativ lemah. Antihistamin golongan ini antara lain antazolin, tripenelamin, klemizol , dan mepirin.

    3.Turunan propilamin (X = C)
    Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan tripolidin.

    4.Turunan piperazin
    Obat golongan ini umumnya memiliki efek long acting. Antihistamin golongan ini antara lain siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, dan flunarizin.

    5.Turunan fenotizin
    Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.

    6.Turunan trisiklik lain
    Obat golongan ini memiliki daya antiserotonin kuat dan menstimulir mafsu makan , maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan . antihistamin golongan ini antara lain siproheptadin, azatadin, dan pizotifen.

    7.Zat- zat non sedative
    Obat golongan ini adalah antihistamin yang tidak memiliki efek sedativ ( membuat mengantuk ). Antihistamin golongan ini antara lain terfenadin, dan astemizol.

    8.Golongan sisa
    Antihistamin golongan ini antara lain mebhidrolin, dimetinden, dan difenilpiralin.

    BalasHapus
  3. pertanyaan nmr 6 :
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan menambahkan jawaban no 6
      Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan interaksi oto polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.

      Hapus
  4. saya akan coba menjawab no 4.
    Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.

    BalasHapus
  5. saya akan coba menjawab no 2, yang saya tau setelah pkl diapotek kemarin obat antihistamin yg banyak digunakan oleh masyarakat adalah cetirizin, Cetirizine adalah obat antihistamin dengan fungsi untuk meredakan gejala alergi seperti gatal-gatal, mata berair, pilek, dan mata/hidung gatal. Obat ini bekerja dengan menghalangi zat alami tertentu (histamin) yang diproduksi tubuh selama reaksi alergi

    BalasHapus
  6. saya akan mencoba menjawab pertnyaan no 3 mengkonsumsi antihistamin tanpa resep dokter menurut saya boleh mnkonsumsi tnpa resep dokter, jika bingung menentukan obat antihistamin yang cocok , silakan konsultasikan ke apoteker. Obat antihistamin tersedia dalam bentuk resep dan ada juga yang dijual bebas di toko obat. Selain dalam bentuk tablet, antihistamin dikemas juga dalam bentuk kapsul, cair, obat tetes mata dan semprot hidung. dan apoteker akan memberikan PIO pelayanan informasi obat untuk pasien tersebut.
    tetapi jika dalam keadaan hamil atau menyusui sebaiknya menemui dokter terlebih dahulu.

    BalasHapus
  7. Saya akan menjawab pertanyaan dri no 2.
    Satu golongan antihistamin H-1 memiliki mekanisme kerja yg sama
    Mekanisme pelepasan histamin, dapat melalui dua cara :
    1. Secara imunologik, dimana sel mast dan basofil disensitisasi oleh Ig E, lalu menempel pada membran sel. Ketika terpapar antigen, histamin mengalami degranulasi sehingga muncul gejala alergi (reaksi hipersensitif tipe I)
    2. Secara mekanik dan kimia, dimana terjadi trauma meknik dan trauma kimia sehingga merangsan kerja sel mast

    BalasHapus
  8. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.6
    -Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial
    -Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    -Reseptor H3
    Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat

    BalasHapus
  9. 2. Antihistamin yang saat ini menjadi perhatian para klinisi dan lebih mulai dipertimbangkan dalam penggnaan klinis adalah Cetirizine yang merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor histamin-1(H1) generasi kedua yang aman digunakan pada terapi alergi. Selain mempunyai efek antihistamin, cetirizine juga mempunyai efek antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui penghambatan kemotaksis sel inflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine juga tercapai melalui penghambatan ekspresi molekul adhesi yang berperan dalam proses penarikan sel inflamasi.

    BalasHapus
  10. 4. saah satu contoh antihistamin adalah ranitidin..
    Riwayat alergi terhadap ranitidin;
    Ibu yang sedang menyusui;
    Pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.

    BalasHapus
  11. Pertanyaan no.6
    Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem daya tangkis. Kerjanya berlangsung pada 3 jenis reseptor, yakni reseptor-H1, -H2, dan H3. Reseptor H1 secara selektif diblok oleh antihistaminika (H1-blockers), reseptor-H2 oleh penghambat asam lambung (H2-blockers), dan reseptor-H3 memegang peranan penting pada regulasi tonus syaraf simpatikus.

    DAFTAR PUSTAKA


    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  12. hai kak shindi, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2. obat antihistain yang paling umum digunakan ada CTM kak, indikasi CTM sendiri adalah meringankan kondisi alergi dengan bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi) dan alergi pernapasan lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar apa yang di paparkan hilda menurut sumber yang saya dapat CTM adalah singkatan dari chlorfeniramin maleat, merupakan jenis obat dari golongan antihistamin yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, demam, dan flu biasa. Gejala ini termasuk ruam, mata berair, gatal pada mata / hidung / tenggorokan / kulit, batuk, pilek, dan bersin.
      Sumber: Obat CTM : Kegunaan dan Efek Samping - Mediskus

      Hapus
  13. Saya akan membantu menjawab pertanyaan no 3 menurut saya penggunaan Antihistamin tanpa resep dokter boleh saja tergantung dari antihistaminnya seperti CTM boleh dibeli tanpa resep dokter dan juga terkandung dari seberapa parah alergi yang dialami, jika alergi yang dialami sudah dalam jangka waktu yg lumayan lama sebaiknya konsultasikan ke dokter

    BalasHapus
  14. No.3, dari yang saya dapatkan, obat antihistamin terutama generasi pertama dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter dan beberapa obat antihistamin generasi kedua juga dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya setuju dengan nadya, namun apabila telah mengalami alergi jangka panjang lebih baik di konsultasikan ke dokter

      Hapus
    2. iya benar sekali jawaban dari teman-teman. tergantung dari jenis obat antihistaminnya. jika antihistamin tersebut termasuk obat bebas ataupun obat bebas terbatas maka dapat di beli tanpa resep dokter tetapi jika obat antihistamin tersebut termasuk obat keras ataupun narkotik dan psikotik maka harus menggunakan resep dokter

      Hapus
    3. Menambahkan dari komentar diatas, walaupun obat antihistamin ada yang dapat dengan bebas diperjual belikan contohnya CTM, namun tetap alngah baiknya jika penggunaan obat tersebut diawasi oleh apoteker atau dokter. Agar tidak terjadi interaksi antara obat yg diminum ataupun efek samping yg fatal.

      Hapus
  15. haii kak, saya juga akan mencoba menjawab pertanyaan nomor enam, menurut pendapat saya,perbedaan dari reseptor H1,H2 dan H3 terletak pada mekanisme kerja dari masing-masing reseptor tersebut.pada H1 Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.
    pada H2 :Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
    dan pada H3:Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

    BalasHapus
  16. Saya mencoba menjawab soal no 4
    Suatu obat pasti memiliki kontra indikasi, saya beri contoh obat antihistamin adalah ranitidin ini merupakan kontraimdikasi dari obat ranitidin:
    1.Riwayat alergi terhadap ranitidin
    2.Ibu yang sedang menyusui
    3.Pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. 2. AH1 antagonist reseptor seperti dipenhidramin untuk mual muntah dan CTM sbg antialergi

    BalasHapus
  19. untuk jawaban nomor 6.
    AH1: biasa digunakan untuk mengatasi alegri
    AH2: biasanya digunakan untuk mengurangi asam lambung
    AH3: untuk pengobatan kardiovaskuler dan kelainan mental

    BalasHapus
  20. NO 6
    Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
  21. turunan dari antihistamin :
    Eter amino alkil (etanolamin eter)
    Etilen diamin
    Turunan Propilamin
    Antihistamin cincin trisiklik

    BalasHapus
  22. pertanyaan no 6
    menurut artikel yang saya baca
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
  23. No 3
    penggunaan Antihistamin tanpa resep dokter boleh saja tergantung dari antihistaminnya seperti CTM boleh dibeli tanpa resep dokter dan juga terkandung dari seberapa parah alergi yang dialami, jika alergi yang dialami sudah dalam jangka waktu yg lumayan lama sebaiknya konsultasikan ke dokter

    BalasHapus
  24. no 1
    1. Turunan etanolamin ( X= O)
    2. Turunan etilendiamin (X= N)
    3. Turunan propilamin (X = C)
    4. Turunan piperazin
    5. Turunan fenotizin
    6. Turunan trisiklik lain
    7. Zat- zat non sedative
    8. Golongan sisa

    BalasHapus
  25. Adapun turuanan dari antihistamin yaitu
    Eter amino alkil (etanolamin eter)
    Etilen diamin
    Turunan Propilamin
    Antihistamin cincin trisiklik

    BalasHapus
  26. kontra indikasi antihistamin
    Hipersensitif terhadap antihistamin khusus atau terkait secara struktural
    Bayi baru lahir atau premature
    Ibu menyusui
    Narrow-angle glaucoma
    Stenosing peptic ulcer
    Hipertropi prostat simptomatik
    Bladder neck obstruction
    Penyumbatan pyloroduodenal
    Gejala saluran napas atas (termasuk asma)

    BalasHapus
  27. saya akan menambahkan Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    BalasHapus
  28. Adapun turuanan dari antihistamin yaitu
    Eter amino alkil (etanolamin eter)
    Etilen diamin
    Turunan Propilamin
    Antihistamin cincin trisiklik

    BalasHapus
  29. saya akan menjawab pertanyaan no 8, obat antihistamin dapat dikombinasikan dengan obat lain contohnya adalah antihistamin golongan H2 dapat dikombinasikan dengan obat NSAID untuk mengurangi sekresi asam lambung

    BalasHapus
  30. pertanyaan no 6
    menurut artikel yang saya baca
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
  31. 2.
    CTM digunakan sebagai anti alergi dan ranitidin sebagai antiulcer.

    BalasHapus
  32. saya akan mencoba menjawab soal no. 1
    Antagonis-H1 generasi pertama
    1. Turunan eter aminoalkil
    - Difenhidramin HCI
    - Dimenhidrinat
    - Karbinoksamin maleat
    - Korfenoksamin HCl
    - Klemastin fumarat
    - Piprinhidrinat

    2. Turunan etilendiamin
    - Tripelenamin HCI,
    - Antazolin HCl
    - Mebhidrolin nafadisilat

    3. Turunan alkilamin
    - Feniramin maleat
    - Klorfeniramin maleat
    - Dimetinden maleat

    4. Turunan piperazin
    - Homoklorsiklizin
    - Hidroksizin HCl
    - Oksatomid

    5. Turunan fenotiazin
    - Prometazin HCl
    - Metdilazin HCl
    - Mekuitazin
    - Oksomemazin
    - Isotipendil HCl
    - Pizotifen hidrogen fumarat

    6. Turunan lain-lain
    - Siproheptadin HCl
    - Azatadin maleat

    Antagonis-H1 generasi kedua
    1. Terfenadin
    2. Akrivastin
    3. Astemizol
    4. Loratadin
    5. Setirizin

    BalasHapus
  33. untuk pertanyaan nomor 1, menurut struktur kimianya , antihistamin dibagi dalam beberapa kelompok , antara lain :


    1. Turunan etanolamin ( X= O)
    Obat golongan ini memiliki daya kerja seperti atropin (antikolinergik) dan bekerja serhadap SSP (sedative). Antihistamin golongan ini antara lain difenhidramin, dimenhidrinat, klorfenoksamin, karbinoksamin, dan feniltoloksamin.

    2. Turunan etilendiamin (X= N)
    Obat golongan ini umumnya memiliki daya sedativ lemah. Antihistamin golongan ini antara lain antazolin, tripenelamin, klemizol , dan mepirin.

    3. Turunan propilamin (X = C)
    Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan tripolidin.

    4. Turunan piperazin
    Obat golongan ini umumnya memiliki efek long acting. Antihistamin golongan ini antara lain siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin, dan flunarizin.

    5. Turunan fenotizin
    Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.

    6. Turunan trisiklik lain
    Obat golongan ini memiliki daya antiserotonin kuat dan menstimulir mafsu makan , maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan . antihistamin golongan ini antara lain siproheptadin, azatadin, dan pizotifen.

    7. Zat- zat non sedative
    Obat golongan ini adalah antihistamin yang tidak memiliki efek sedativ ( membuat mengantuk ). Antihistamin golongan ini antara lain terfenadin, dan astemizol.

    8. Golongan sisa
    Antihistamin golongan ini antara lain mebhidrolin, dimetinden, dan difenilpiralin.

    BalasHapus
  34. CTM digunakan sebagai anti alergi dan ranitidin sebagai antiulcer.

    BalasHapus
  35. ADA GAK YANG TAU JAWAB PERTANYAAN NO 8 ?

    BalasHapus